Kamis, 19 September 2013

HELLEN KELLER



            Pada tahun 2002, saya dan teman-teman kampus, memperoleh kesempatan untuk mengunjungi sebuah yayasan di Jogjakarta. Yayasan ini menampung anak-anak yang ditinggalkan oleh orangtuanya. Kondisi ini disebabkan karena orangtua tidak mampu secara finansial dalam mengurus anak, dan anak tersebut lahir di luar nikah. Anak-anak tersebut ditinggalkan oleh ibunya, hanya beberapa hari setelah mereka lahir.
Ada anak yang sangat hiperaktif, sehingga harus diikat di ranjang, ada juga anak yang memiliki keterbatasan fisik. Menurut pengasuh, kondisi ini disebabkan karena usaha aborsi yang dilakukan ibu, sebelum menyerahkan anak ke yayasan. Namun, ada satu anak yang masih saya ingat hingga detik ini. Saat itu, saya mencoba berinteraksi dengan seorang anak laki-laki, yang saya perkirakan berusia 3/4 tahun. Saya menyodorkan mainan kincringan ke wajahnya. Dia diam saja. Pengasuh mengatakan “Oh maaf mbak, dia ga bisa lihat”. Saya mencoba mengajaknya berbicara dengan cara menanyakan namanya. Dia juga diam saja. Pengasuh kembali mengatakan “Mbak, dia ini kasian, ga bisa lihat, ga bisa ngomong, juga ga bisa denger. Padahal umurnya udah 7 tahun. Dia mau makan, mandi, pipis, saya yang ngurus“. Betapa kagetnya saya. Itu alasannya, mengapa dia tidak berespon ketika saya menyodorkan mainan ke wajahnya, membunyikan kincringan, dan mengajaknya berbicara.
Empat tahun kemudian, saya kembali ke yayasan tersebut, tetapi tidak melihat anak itu lagi. Pertanyaan besar saya : Apa yang dapat dilakukan anak itu di kemudian hari? Apakah dia mampu bertahan hidup dengan tiga keterbatasan fisik yang dimiliki?
---------------------------------------------------
Dalam suatu mata kuliah, dosen memperlihatkan kepada kami sebuah film berjudul “A Miracle Worker”. Film ini adalah kisah nyata mengenai seorang gadis yang mengalami tiga keterbatasan fisik, yaitu buta, bisu, dan tuli. Orangtua Hellen sangat melindungi dan menuruti keinginan dirinya. Cinta berlebih dari orangtua membuat Hellen menjadi anak yang liar, dan agresif. Orangtua merasa tidak ada harapan untuk kesembuhan putrinya, namun guru Sullivan datang, berusaha membantu mengubah kebiasaan buruk Hellen agar menjadi manusia yang berhasil dalam hidupnya.
Guru Sullivan merubah perilaku Hellen, dengan metode Extinction, digunakan untuk mengurangi perilaku negatif ; & Shaping, digunakan untuk mengembangkan perilaku baru yang belum dimiliki Hellen. Teknik ini efektif, karena Hellen menjadi lebih tenang, tidak lagi memukul dan menampar pipi orang lain, dapat duduk tenang di meja makan, makan dari piring sendiri, dan menggunakan sendok saat makan. Pengetahuan dan keterampilan baru pun bertambah, seperti mengenal kata-kata baru, mengerti konsep ayah, ibu, guru, dan mampu mencintai orang-orang di sekitarnya. Hellen mampu mengucapkan kata pertamanya ”Water” setelah pengalaman merasakan air yang menetes ke tangannya. Hellen juga mampu melihat, walau bukan secara fisik, tetapi melihat dengan hati. Guru Sullivan berkata : “Apa yang kau tuntut dari anak, maka itu yang akan membentuk dirinya. Aku memperlakukan dia seperti anak yang bisa melihat, karena aku mau dia seperti itu”.
---------------------------------------------------
Betapa menyenangkan melihat kisah nyata Hellen yang berakhir bahagia. Namun, bagaimana dengan anak laki-laki yang saya temui di yayasan? Atau bagaimana nasib “Hellen – Hellen” yang lain? Jujur, saya tidak tahu secara pasti. Sempat terpikir, apakah yang dapat dilakukan seseorang yang memiliki keterbatasan pada tiga alat inderanya. Kedua kisah nyata ini membantu saya untuk belajar, bahwa : (1) Ada campur tangan Tuhan dalam diri setiap anak-anakNya. Tuhan membuat hal yang baik pada Hellen. Tuhan juga mampu melakukannya pada anak laki-laki di yayasan, dan pada kita semua. ; (2) Manusia tidak mampu membatasi kuasa Tuhan dalam bekerja. “Apa yang tidak mungkin bagi manusia, mungkin bagi Allah” (Luk 18:27). Seringkali, cara Tuhan bekerja tidak selalu sama dengan yang manusia pikirkan. ; (3) Tuhan menyediakan orang lain untuk membantu kita. Pada kasus Hellen, Tuhan bekerja melalui orang-orang di sekitarnya, sehingga Hellen memiliki kemampuan dan keterampilan baru (walau tidak sesempurna orang lain). ; (4) Mengucap syukur itu penting. Coba lihat kedua kisah diatas! Dan coba lihat juga diri kita! Jika kita masih sering mengeluh dengan kondisi kita, renungkanlah kedua kisah tersebut. Semoga tulisan ini bermanfaat.


- 11 Maret 2008 -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar