Kamis, 19 September 2013

Saya Bisa !!!!



Saya pasti bisa! Doakan saya ya....?!?

Masih ingat dengan ungkapan seperti itu? Kalau dahulu anda sering melihat sebuah program di salah satu televisi swasta, pasti ingat dengan ucapan tersebut. Ucapan ini sering diucapkan oleh beberapa peserta di sebuah game show di Jepang “Benteng Takeshi / Takeshi Castle”. Beberapa peserta mulai usia 18 – 40an tahun, akan berlari sambil mengatakan Saya pasti bisa! Doakan saya ya....?!?, sebelum memulai permainan tersebut.
Para peserta tersebut kemudian akan bermain. Mereka berpikir strategi yang akan mereka gunakan dalam satu babak permainan. Peserta yang lolos dalam satu babak akan maju ke babak selanjutnya. Peserta yang mampu lolos hingga babak terakhir, akan melawan para penjaga Benteng Takeshi untuk merebut benteng.
Peserta yang gagal dalam setiap babak akan langsung dinyatakan gagal, sehingga tidak dapat mengikuti babak selanjutnya (sistem gugur). Peserta yang gagal, akan diwawancarai oleh pembawa acara di lapangan. Pembawa acara akan bertanya “Hei...mengapa kamu bisa gagal? Wah payah kamu ini! Apa yang kamu rasakan?” Para peserta tersebut rata-rata akan menjawab “Ya sedih juga tidak bisa ikut main lagi. Tapi tidak apa-apa, yang penting saya sudah berusaha!”.
Permainan ini sungguh menarik perhatian saya. Sebenarnya, lebih tepatnya saya tertarik dengan sikap mental yang ditunjukkan oleh para peserta permainan tersebut. Pertama, Di awal permainan, peserta begitu meyakini bahwa dirinya mampu melewati setiap rintangan yang akan dihadapinya. Mereka sungguh percaya diri pada kemampuannya ; Kedua, Pada saat permainan berlangsung, mereka berpikir strategi apa yang mereka gunakan, berpikir bagaimana supaya berhasil, dan berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan setiap rintangan yang mereka hadapi ; Ketiga, Di akhir permainan, ketika mereka berhasil menyelesaikan satu babak, terlihat tawa bahagia di wajah mereka, sambil bersiap diri menghadapi babak permainan selanjutnya. Namun, bagi peserta yang gagal, tidak terlihat kekecewaan yang sangat dalam di wajah mereka. Mereka kecewa, namun tidak membuat mereka patah semangat. Kesadaran bahwa mereka sudah menunjukkan usahanya, menjadi hal yang penting bagi mereka.
Lihatlah, bahwa orang-orang tersebut sungguh memiliki konsep diri yang positif. Mereka terlihat optimis, percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu (keberhasilan ataupun kegagalan). Kegagalan dipandang sebagai pelajaran berharga untuk melangkah ke depan.
Konsep diri merupakan keyakinan, atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh orang tua memberi pengaruh terhadap konsep diri. Tiga aspek tersebut merupakan informasi bagi seseorang untuk menilai dirinya. Seseorang menilai dirinya berdasarkan pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Jika lingkungan memberikan sikap positif, maka seseorang merasa dirinya berharga sehingga tumbuh konsep diri positif.  
Lalu, bagaimana cara memiliki konsep diri yang positif? (a) Jika anda adalah seorang orangtua, bantulah anak anda memiliki konsep diri positif, dengan cara menghargai anak dengan segala keunikannya, bersikaplah adil dengan setiap anak, berikan pujian jika anak anda melakukan hal yang baik, dan tidak perlu menggunakan kekerasan terhadap anak (kekerasan fisik maupun psikis melalui perkataan kasar). Ingat... anak-anak mendapat perlindungan dari negara, seperti yang tertuang dalam UU RI No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ; (b) Hargai diri sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi dong yang dapat menghargai kita? Saat kita mampu menghargai diri sendiri, kita pun mampu menghargai dan melihat hal positif dari orang lain. Saat kita menghargai orang lain, maka orang lain pun akan menghargai kita ; (c) Berpikir positif dan rasional. Pikiran positif memampukan kita memandang persoalan dan seseorang dengan cara positif. Orang-orang yang berpikir positif, mampu menghargai dirinya dan melihat hal-hal positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan di masa depan.
Bagaimana dengan anda dan saya? Sebuah perenungan bagi kita bersama.


- 9 Januari 2008 -

Tidak ada komentar:

Posting Komentar